First Things First

The enemy of best is the good

Stephen Covey

Ini adalah kata-kata yang menarik dari buku First things first karya Stephen Covey. Buku ini adalah jawaban buat kamu yang suka bingung mau ngapain dulu di minggu ini atau di hari ini. Antara main sama anak atau menyelesaikan pekerjaan.

Buku ini adalah buku klasik yang sudah lama saya miliki, bahkan sejak saya SMA dulu, tapi baru saya selesaikan baru-baru ini, di dalam Kindle Edition! Saya juga pernah mendapatkan trainingnya yang berjudul 5 choices for extraordinary productivity.

Buku ini terbagi atas 4 bab. Yang pertama the clock and the compass, yang ke dua adalah the main thing is to keep the main thing main thing. Kemudian bab 3 adalah the synergy of interdependence. Dan yang terakhir adalah the power and peace of principle centered living.

Buku ini memang tidak terlepas dari buku 7 habits yang terkenal, karena first things first adalah salah satu habit, yaitu habit ke tiga. Dalam buku ini juga tidak terlepas dengan salah satu buku Stephen Covey lainnya, yaitu principle centered leadership. Memang dalam buku 7 Habits of Highly Effective People, bicaranya adalah principle based. Makanya kita bisa lihat di dalm buku ini warna 7 habits sangat kental.

The Clock and the Compass

Bab ini menyadarkan kita pentingnya arah ketimbang kecepatan. Di dunia yang serba cepat ini membuat kita ingin terus berjalan cepat. Tapi kita lupa apakah perjalanan yang cepat itu ke arah yang benar? Clock atau jam melambangkan kecepatan. Compass melambangkan arah. Di sini kita belajar leadership. Bahwa leadership adalah meletakkan tangga di dinding yang tepat. Berfokuslah pada mengerjakan hal yang benar, bukan melakukan sesuatu dengan cara yang benar (focus on doing the right things, not doing the things right).

Memang kita nggak mungkin juga meletakkan doing the things right sebagai hal yang tidak penting. Tapi kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa melakukan hal yang benar dulu itu yang utama, kemudian lakukan hal tersebut dengan cara yang benar. Melakukan hal yang benar itu adalah kepemimpinan / leadership. Sementara melakukan dengan cara yang benar adalah management. Kepemimpinan berfokus kepada efektivitas, arah yang benar, compass. Sementara management berfokus kepada efisiensi, kecepatan bertindak, the clock. Keduanya adalah ying and yang yang saling bersinergi satu sama lain.

Dalam bab ini kita diajari 3 generasi pengelolaan waktu yang selama ini populer:

  • Generasi 1: Center of reminders. Sederhananya kita buat to do list. Apa yang akan dilakukan. Tidak ada prioritas
  • Generasi 2: Plan and prepare. Penjadwalan. Kita sudah ada komitmen, tapi berfokus pada kecepatan dalam melakukan tindakan.
  • Generasi 3: Prioritize and control. Pikirkan apa yang akan dikerjakan kemudian tentukan apa pros dan cons nya. Di sini kita sudah mulai mengklarifikasi, apa values dan prioritas yang kita miliki.

Di dalam bab ini kita mulai diperkenalkan generasi ke 4 dalam time management. Yaitu yang sudah mempertimbangkan urgency (kegentingan) dan importance (ke-penting-an). Ini adalah time management yang berbasiskan kepada prinsip. Seperti yang diperkenalkan pada buku 7 habits di habits ke 3, ada 4 kuadran, dan kita akan lebih efektif ketika kita berfokus kepada kuadran yang penting tapi tidak genting.

Di bab ini pula kita diingatkan oleh konsep kebutuhan manusia: to live, to love, to learn, and to leave a legacy. Kebutuhan ini saya kenal di dalam buku principle centered leadership. Jika ada satu saja kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka kita akan kembali ke “ketagihan” kegentingan. Memang katanya hal yang urgent itu “nagih”.

The main thing is to keep the main thing the main thing

Bab ini mulai mengajarkan kita teknik dalam mengelola kuadran 2, yaitu kuadran kepentingan dan tidak genting.

Yang pertama, pengelolaan waktu dilakuakan secara mingguan, bukan harian, apalagi bulanan. Kalau harian, kita mungkin akan terjebak ke dalam generasi 1 atau 2. Tapi kalau bulanan, itu kejauhan dan kelamaan. Karena perubahan sangat cepat, sehingga mingguan adalah waktu yang cukup optimal untuk melakukan perencanaan.

Hal terpenting dalam pengelolaan waktu adalah nyambungnya dengan visi dan misi hidup kita, serta apa peran kita dalam hidup ini. Kita hidup harus seimbang, karena hidup bukan melulu hanya pekerjaan. Mentor saya pernah mengajarkan, bahwa hidup yang sukses bukan hanya kekayaan dan pekerjaan. Tapi juga ada keluarga, sosial, kesehatan, serta spiritualitas. Kemudian tentukan cara memutuskan yang tepat (framework) dalam minggu tersebut, dan pastikan kita jalankan cara tersebut.

The Synergy of interdependence

Seperti yang saya tuliskan di atas bahwa buku ini masih sangat kental warna 7 habitsnya, bab ini juga menjelaskan pentingnya interdependence dalam menjalankan peran kita. Kita harus sadari bahwa apa pun peran kita, pasti ada orang lain yang terlibat, ada saling ketergantungan kita dengan orang lain. Nah di bagian ini kita harus pastikan bahwa proses kita mengelola waktu juga mempertimbangkan ketergantungan dan sinergi tersebut dengan orang lain. Persis dengan 7 habits yang bagian ke dua di mana kita setelah menjadi individu yang independent, menjadi individu yang inter-dependent (saling bergantung dengan orang lain) sehingga menghasilkan synergy (habits 6).

Bab ini menekankan bahwa generasi ke-4 dalam pengelolaan waktu adalah paradigma “people”. Berbeda dengan tiga generasi sebelumnya yang lebih mekanistik dan berfokus kepada benda. Generasi 4 fokus pada efektivitas dan sinergi dengan orang. Ini berfokus kepada transformasi, bukan transaksi.

The power and peace of principle centered living

Quote yang menarik dari bab ini adalah:

Management works in the system; leadership works on the system

Stephen Covey

Pemahaman saya, managemen itu bekerja di dalam system, sementara kepemimpinan itu menciptakan sistem. Dan kita diharapkan menjadi leader yang berbasiskan prinsip. Di mana prinsip tersebut akan memberikan power (kekuatan) dan peace (kedamaian)

Kedamaian merupakan fungsi dari first things first. Karena ini didasari oleh 4 kebutuhan manusia: to live, to love, to learn and to leave a legacy. Sementara first things first adalah fungsi dari penggunaan 4 anugerah yang kita miliki: self awareness, conscience, independent will dan creative imagination untuk memenuhi kebutuhan kita secara prinsip.

Ada bagian yang menarik buat saya, bahwa cara untuk menghindari frustasi adalah bagaimana kita memastikan ekspektasi kita itu sendiri. Apakah eksspektasi ktia sudah sesuai dengan prinsip kita?

Bagian menarik dari bab ini juga adalah ada dua hal yang menggoyang prinsip kita: discouragement dan pride. Discouragement artinya kurang berani. Untuk menjadi orang yang berani adalah punya tujuan dan upayakan pencapai tujuan tersebut. Buat janji dan penuhi. Dan ini juga menarik: pride itu adalah paradigma yang paling merusak dalam kehidupan. Orang yang prideful adalah orang yang secara natural kompetitif, secara konstan ingin terus berada di atas orang lain. Orang yang membanding-bandingkan dengan orang lain. Dan betul sekali, saya melihat banyak orang yang tidak bahagia karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Makanya lagu “ojo dibandingke” adalah lagu yang bagus untuk orang-orang yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain.

Pride is the essence of scarcity mentality

Stephen Covey

Di bab ini juga kita diajarkan karakteristik orang yang berpusat kepada prinsip:

  • Flexible dan spontan, tidak terpaku pada rencana.
  • Memiliki hubungan yang kaya dengan orang lain. Mereka mengutamakan orang ketimbang jadwal. Mereka mengklarifikasi ekspektasi orang lain. Dan juga jelas nggak membandingkan, berkompetisi atau mengkritik orang lain.
  • Bersifat sinergistik
  • Terus belajar
  • Berfokus kepada kontribusi
  • Menghasilkan hasil yang luar biasa
  • Mampu membangun sistem imun sendiri secara sehat psikologis
  • Menciptakan limit sendiri, nggak kerja sampe kelelahan, tahu kapan untuk berhenti tapi bukan berarti mudah menyerah.
  • Punya kehidupan yang relatif balance
  • Mampu menjalankan apa yang dikatakan (walk the talk)
  • Fokus kepada lingkaran pengaruh
  • Punya kehidupan yang kaya secara spiritual
  • Memancarkan energi yang positif
  • Menikmati hidup

Terakhir, quote yang terpenting buat saya di dalam buku ini adalah:

The key is in not “spending” time, but in “investing” it – in people, in empowerment, in meaningful projects and causes

Stephen Covey

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑