Jadi Bos Keren: Hindari Toxicity Tim dengan Signature Leadership ala Theory of Self-Differentiation

Pernahkah kalian merasa frustrasi dengan situasi di tempat kerja yang terasa beracun? Atau mungkin, kalian adalah bos yang ingin menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis bagi seluruh tim? Nah, kali ini kita akan bahas bagaimana menghindari toxicity tim dengan memiliki signature leadership yang didasari oleh praktik dan pemahaman tentang Theory of Self-Differentiation.

Mengenal Theory of Self-Differentiation

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kenalan dulu dengan Theory of Self-Differentiation. Singkatnya, ini adalah teori yang berbicara tentang kemampuan individu untuk mempertahankan diri mereka sendiri secara emosional dalam hubungan dengan orang lain. Dalam konteks kepemimpinan, teori ini menekankan pentingnya pemahaman diri dan kemampuan untuk tetap tenang dan stabil di tengah tekanan, konflik, atau situasi emosional lainnya.

Theory of Self-Differentiation atau Teori Diri-Diferensiasi dikembangkan oleh Murray Bowen, seorang psikiater dan ahli teori keluarga, pada tahun 1950-an dan 1960-an. Teori ini berfokus pada bagaimana individu berinteraksi dengan keluarga atau sistem sosialnya, khususnya dalam menghadapi tekanan dan konflik.

Inti dari Theory of Self-Differentiation adalah bagaimana seseorang dapat mengembangkan kemandirian emosional dan tetap stabil dalam hubungan dengan orang lain. Berikut adalah beberapa konsep utama dalam teori ini:

1. Self-Differentiation: Merujuk pada kemampuan seseorang untuk mempertahankan perasaan unik dan identitasnya sendiri di tengah tekanan dari keluarga atau kelompok sosialnya. Individu yang memiliki tingkat diri-diferensiasi yang tinggi dapat memisahkan diri dari tekanan kelompok dan tetap mempertahankan pemikiran, perasaan, dan nilai-nilai mereka sendiri. Mereka tidak mudah terbawa oleh emosi dan ekspektasi orang lain.

2. Triangles: Bowen menyatakan bahwa ketika terjadi ketegangan dalam hubungan antara dua orang, salah satu pihak sering mencari pihak ketiga untuk membantu mengurangi ketegangan tersebut. Ini membentuk apa yang disebut “segitiga.” Misalnya, ketika dua orang tua berkonflik, mereka mungkin melibatkan anak mereka sebagai mediator atau sekutu dalam konflik tersebut.

3. Perilaku Multigenerasional: Teori ini menyoroti bagaimana pola perilaku tertentu dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam keluarga. Contohnya, jika seseorang tumbuh dalam keluarga dengan hubungan yang toksik atau berkonflik, mereka mungkin cenderung mengulangi pola tersebut dalam hubungan mereka sendiri.

4. Cut-off: terjadi ketika seseorang mencoba menghindari konflik dengan orang lain dengan secara emosional memutuskan hubungan dengan mereka. Ini bisa berarti mengurung diri atau menghindari interaksi. Ini dapat menciptakan jarak emosional yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan.

5. Emotional Reactivity : Reaktivitas emosional adalah sejauh mana seseorang merespons situasi atau orang lain secara emosional. Individu yang kurang self-differentiated cenderung lebih reaktif dan mudah tersulut emosi dalam situasi yang menekan.

Tujuan utama dari Theory of Self-Differentiation adalah untuk membantu individu memahami peran dan hubungan mereka dengan keluarga atau kelompok sosial mereka, dan kemudian membangun kemandirian emosional sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lebih sehat dan produktif. Dengan meningkatkan tingkat diri-diferensiasi, individu dapat menghadapi tekanan dan konflik dengan lebih baik tanpa terjerumus dalam pola-pola toksik dan hubungan yang tidak sehat.

Signature Leadership

Lalu, bagaimana Theory of Self-Differentiation dapat membantu menciptakan tim yang tidak toxic? Nah, di sinilah signature leadership masuk ke dalam permainan. Signature leadership adalah gaya kepemimpinan yang unik dan khas pada setiap individu. Itu adalah apa yang membuatmu berbeda dan berarti dalam kepemimpinanmu. Dengan memadukan Theory of Self-Differentiation dan signature leadership, kita dapat menciptakan tim yang sehat dan harmonis.

Berikut adalah beberapa praktik yang dapat kita terapkan untuk menciptakan tim yang tidak toxic:

1. Kenali dirimu sendiri: Penting untuk memahami kekuatan dan kelemahanmu sebagai pemimpin. Dengan mengetahui bagaimana kita bereaksi dalam situasi tertentu, kita dapat mengelola emosi kita dengan lebih baik dan menghindari respons yang berlebihan.

2. Berpikir dan bertindak positif dalam kondisi sulit: Sebagai bos yang ingin menghindari tim menjadi toxic, praktik dari Theory of Self-Differentiation ini sangat penting untuk diterapkan. Ketika masalah muncul dalam tim, jangan langsung panik atau merespon dengan emosi negatif. Sebaliknya, berusahalah untuk tetap tenang dan berpikir positif. Pertimbangkan fakta-fakta dan data sebelum mengambil keputusan, dan jangan biarkan emosi menguasai diri. Caranya adalah, pahami emosi yang muncul sebelum melakukan sesuatu. Dengan memahami emosi tersebut, emosi itu tidak akan mengedalikan tindakan kita. Untuk memahami emosi yang sedang muncul, kamu bisa menggunakan feeling wheel sebagai petunjuk. Kalau sudah terbiasa, nanti kamu akan mudah memahami emosi kamu.

Fheeling wheel: Panduan untuk mengenali emosi kamu.


3. Berkomunikasi dengan jelas dan terbuka: Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menghindari konflik dan membangun kepercayaan di antara anggota tim. Pastikan pesanmu mudah dipahami dan jangan ragu untuk mendengarkan pendapat dan masukan dari orang lain. Jadilah pendengar yang baik dan sambut masukan dari anggota tim dengan lapang dada.

4. Jaga keseimbangan antara empati dan otoritas: Sebagai pemimpin, penting untuk menunjukkan empati terhadap kebutuhan dan perasaan anggota tim. Namun, kamu juga harus tetap teguh dalam mengambil keputusan yang sulit. Menunjukkan otoritas yang adil dan konsisten akan membantu menghindari kekacauan dan ketidakpastian di tim.

5. Berikan feedback yang konstruktif: Berikan umpan balik secara teratur dan jelas kepada anggota timmu. Fokus pada perkembangan mereka, sambil tetap memberikan pujian dan apresiasi yang pantas.

6. Fasilitasi kolaborasi dan kerjasama: Menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa didengar dan dihargai adalah kunci untuk menghindari toksisitas. Dorong kolaborasi dan kerjasama antara anggota tim, sehingga mereka merasa memiliki peran yang penting dalam mencapai tujuan bersama.

7. Tangani konflik dengan bijaksana: Konflik tak terhindarkan dalam tim, tetapi bagaimana kita menanganinya adalah yang penting. Gunakan pendekatan yang objektif dan berdasarkan fakta untuk menyelesaikan konflik dengan adil dan tanpa mengorbankan hubungan tim.

8. Jadilah role model: Sebagai pemimpin, tindakanmu memberikan contoh bagi anggota tim. Tunjukkan integritas, etika kerja yang tinggi, dan sikap positif. Ketika anggota tim melihatmu sebagai pemimpin yang konsisten dan dapat diandalkan, mereka akan terinspirasi untuk mengikuti teladanmu.

9. Berikan kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan: Memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk tumbuh dan mengembangkan diri mereka adalah investasi jangka panjang yang penting. Mendukung mereka dalam mencapai tujuan pribadi dan profesional mereka akan membangun ikatan yang kuat di antara anggota tim dan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik.

10. Adopsi pendekatan yang inklusif: Pastikan semua anggota tim merasa diterima dan dihargai, tanpa memandang latar belakang, gender, atau perbedaan lainnya. Menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah akan mendorong kerja sama dan meningkatkan produktivitas tim. Hindari adanya anak kesayangan yang membedakannya dengan yang lain. Ini akan menciptakan kecemburuan yang akan memicu lingkungan yang toxic.

11. Terus belajar dan berkembang: Leadership yang efektif adalah tentang peningkatan terus-menerus. Selalu cari kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang kepemimpinan dan praktik terbaik dalam menciptakan tim yang sehat dan harmonis. Baca buku, ikuti pelatihan, dan terlibat dalam komunitas pemimpin untuk mengasah keterampilan kepemimpinanmu.


Jadi, itulah beberapa tips tentang bagaimana menghindari toxic dalam tim dengan mempraktikkan Theory of Self-Differentiation. Ingatlah bahwa menjadi bos yang keren bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang bagaimana Anda mempengaruhi tim dengan cara positif dan membangun lingkungan kerja yang sehat.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑