Kamu Susah berubah? Baca buku ini!

Halo semuanya! Hari ini, kita akan membahas dan merangkum buku yang luar biasa dari Marshall Goldsmith yang judulnya “Triggers: Creating Behaviors That Lasts–Becoming the Person You Want to Be”. Buku ini adalah must-read bagi siapa saja yang mencoba mengubah kebiasaannya dan menjadi lebih baik dalam segala hal. So, yuk kita mulai!

Perilaku dan Lingkungan

Marshall berbicara tentang bagaimana lingkungan kita memicu perilaku tertentu dalam diri kita. Misalnya, ketika kita melihat tempat tidur, kita merasa ngantuk. Ini adalah contoh bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku kita. Yang perlu diingat adalah bahwa kita bisa menciptakan lingkungan yang memicu perilaku positif. Memikirkan cara membuat lingkungan kita mendukung tujuan kita adalah kunci pertama untuk menjadi pribadi yang kita inginkan.

Kita Semua Memiliki Triggers

Di sini, Goldsmith menyadarkan kita bahwa kita semua memiliki triggers. Itu bisa apa saja, mulai dari bau kopi di pagi hari yang memicu kita untuk bangun, sampai suara alarm yang memicu kita untuk menekan tombol snooze (kita semua pernah ke sana, bukan?). Poinnya adalah, jika kita bisa mengenali triggers kita, kita bisa mengendalikannya, dan sebaliknya.

Antisipasi dan Ketidakpastian

Goldsmith menekankan bahwa antisipasi adalah kunci untuk mengendalikan triggers kita. Dengan mengantisipasi apa yang mungkin memicu kita, kita bisa merencanakan cara bertindak yang lebih baik. Ketidakpastian juga memainkan peran besar dalam bagaimana kita bereaksi terhadap triggers. Jadi, semakin baik kita mengendalikan ketidakpastian, semakin baik kita dalam mengendalikan triggers kita.

Mengubah Perilaku

Ini adalah inti dari buku ini. Goldsmith memberi kita alat dan teknik untuk mengubah perilaku kita. Dia berbicara tentang bagaimana kita perlu menjadi sadar akan kebiasaan kita, dan kemudian membuat pilihan yang berbeda. Dia juga menyarankan kita untuk mencari dukungan dari orang lain dalam perjalanan kita, karena perubahan itu sulit dan kita semua bisa menggunakan sedikit bantuan.

Membuat Perilaku Baru

Setelah kita tahu bagaimana mengubah perilaku kita, Goldsmith membahas bagaimana kita bisa menciptakan perilaku baru. Dia menyarankan kita untuk mencoba hal baru, mengambil risiko, dan tidak takut gagal. Setelah semua, kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Ada beberapa hal yang menarik dalam membuat perilaku baru, yaitu AIWATT, Active Questions, Wheel of Changes, Circle of Engagement, dan terakhir dan terpenting; 6 engaging questions, dan peran kita sebagai planner yang baik sekaligus doer yang buruk.

AIWATT

AIWATT adalah singkatan dari “Am I Willing At This Time” yang Marshall Goldsmith gunakan sebagai alat untuk membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dan lebih bijaksana dalam hidup. AIWATT adalah cara untuk menghentikan diri kita sejenak, mengevaluasi situasi, dan kemudian membuat keputusan yang lebih baik.

Mari kita pecah ke dalam bagian:

– **Am I**: Pertama, kata-kata ini mengingatkan kita bahwa kita adalah penentu akhir dari tindakan kita sendiri. Kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan.

– **Willing**: Kata ini menekankan bahwa kita harus bersedia melakukan apa yang diperlukan. Jika kita tidak bersedia, maka kita mungkin harus mempertimbangkan apakah tindakan tersebut layak dilakukan.

– **At This Time**: Bagian ini membantu kita untuk menyadari bahwa setiap keputusan kita bukan hanya tentang apa yang kita lakukan, tetapi juga kapan kita melakukannya. Mungkin ada saat-saat di mana kita harus mengambil tindakan, dan saat-saat lain di mana hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah tidak melakukan apa-apa.

AIWATT adalah cara untuk menghentikan diri kita sejenak dan mempertanyakan apakah apa yang kita akan lakukan atau katakan benar-benar layak dan tepat pada waktu tersebut. Ini adalah alat yang sangat efektif untuk membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan lebih bertanggung jawab.

Jadi, setiap kali Anda berada dalam situasi di mana Anda perlu membuat keputusan, coba tanya pada diri Anda “AIWATT?” Ini akan membantu Anda berpikir sejenak dan memastikan bahwa Anda membuat keputusan terbaik pada saat itu.

The Power of Active Question

Marshall Goldsmith di sini juga memperkenalkan konsep “Active Questions” dan “Passive Questions”. Masing-masing jenis pertanyaan ini memiliki tujuan dan efek yang berbeda terhadap cara kita berpikir dan bertindak. Mari kita lihat perbedaannya.

Passive Questions

Passive questions adalah pertanyaan yang membuat kita menjadi penumpang dalam kehidupan kita sendiri. Contoh dari passive question adalah, “Apakah Anda memiliki visi yang jelas tentang siapa yang ingin Anda jadi?” Pertanyaan ini pasif karena ia tidak mendorong tindakan atau pemikiran aktif. Sebagai gantinya, ia meminta Anda untuk merenungkan sesuatu yang mungkin atau mungkin tidak ada dalam hidup Anda. JIka kita ditanyakan Passive Questions, kecenderungan kita menyalahkan lingkungan sangat besar. Ketika ditanya apakah anda memiliki visi yang jelas, kita bisa menjawab tidak, karena lingkungan kita tidak mendukung kita untuk memiliki visi yang jelas (misalnya).

Active Questions

Sementara itu, active questions adalah pertanyaan yang mendorong kita untuk menjadi aktif dalam kehidupan kita. Contoh dari active question adalah, “Apa yang telah saya lakukan hari ini untuk menjadi lebih dekat dengan orang yang ingin saya jadi?” Pertanyaan ini aktif karena ia meminta Anda untuk mempertimbangkan tindakan yang Anda ambil dan bagaimana mereka berhubungan dengan tujuan Anda.

Active questions lebih efektif daripada passive questions dalam membantu kita mencapai tujuan kita karena mereka mendorong kita untuk berpikir tentang apa yang kita lakukan dan mengapa kita melakukannya. Mereka membantu kita menjadi lebih sadar dan lebih bertanggung jawab atas tindakan kita.

Contoh lain dari perbedaan antara active dan passive questions:

Passive Question: “Apakah saya bahagia?” vs Active Question: “Apa yang telah saya lakukan hari ini yang membuat saya merasa bahagia?”

Dalam contoh di atas, passive question hanya meminta Anda untuk merenungkan perasaan Anda, sementara active question mendorong Anda untuk memikirkan apa yang telah Anda lakukan untuk menciptakan perasaan tersebut. Dengan kata lain, active questions mendorong refleksi dan aksi, sementara passive questions cenderung mendorong introspeksi tanpa aksi.

Jadi, jika Anda ingin lebih efektif dalam mencapai tujuan Anda, coba gunakan lebih banyak active questions dalam hidup Anda. Mereka akan membantu Anda menjadi lebih sadar dan proaktif dalam mencapai tujuan Anda. Ini akan membantu kita untuk menggunakan 6 engaging questions untuk memulai perubahan.

Six Engaging Questions that Kick Start Changes

Dalam buku ini Marshall Goldsmith mengajukan enam pertanyaan yang dia sebut sebagai “engaging questions” atau pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi dan melibatkan diri kita dalam proses perubahan. Coba dilihat, semuanya adalah active question. Berikut adalah penjelasan singkat tentang keenam pertanyaan tersebut (silahkan dihapalkan):

1. Did I do my best to set clear goals today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk menetapkan tujuan yang jelas hari ini?)
Pertanyaan ini mengajak kita untuk mempertimbangkan sejauh mana kita telah berusaha menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik pada hari tersebut. Ini mengingatkan kita untuk fokus pada tujuan dan memberikan arah yang jelas dalam aktivitas kita.

2. Did I do my best to make progress toward my goals today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk mencapai kemajuan dalam mencapai tujuan saya hari ini?)
Pertanyaan ini menekankan pentingnya memperhatikan kemajuan yang kita buat dalam mencapai tujuan kita. Ini mendorong kita untuk secara aktif berusaha membuat kemajuan dan menghindari kecenderungan untuk terjebak dalam rutinitas atau tugas-tugas yang tidak relevan dengan tujuan kita.

3. Did I do my best to find meaning today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk menemukan makna hari ini?)
Pertanyaan ini mengajak kita untuk mencari makna dan tujuan yang lebih dalam dalam aktivitas kita sehari-hari. Ini mengingatkan kita untuk mencari arti yang lebih tinggi dalam apa yang kita lakukan dan menghubungkannya dengan nilai-nilai dan visi kita.

4. Did I do my best to be happy today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk bahagia hari ini?)
Pertanyaan ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan emosional dan memprioritaskan kebahagiaan dalam hidup kita. Ini mengajak kita untuk mengambil tindakan yang positif untuk memelihara kebahagiaan pribadi dan mempengaruhi kebahagiaan orang lain.

5. Did I do my best to build positive relationships today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk membangun hubungan positif hari ini?)
Pertanyaan ini mengajak kita untuk mempertimbangkan sejauh mana kita telah berusaha membangun hubungan yang positif dan bermakna dengan orang lain. Ini mengingatkan kita untuk memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang-orang di sekitar kita serta membangun ikatan yang kuat dan saling mendukung.

6. Did I do my best to be fully engaged today? (Apakah saya melakukan yang terbaik untuk terlibat sepenuhnya hari ini?)
Pertanyaan terakhir ini mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana kita telah terlibat secara penuh dalam aktivitas dan interaksi kita hari itu. Ini mengingatkan kita untuk hidup dalam keadaan yang lebih sadar dan terlibat sepenuhnya dalam setiap momen. Pertanyaan ini mendorong kita untuk meningkatkan kualitas kehadiran dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Keenam pertanyaan tersebut dirancang untuk mendorong refleksi pribadi dan mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang penting dalam mencapai perubahan dan pertumbuhan pribadi. Dengan secara teratur mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri sendiri, kita dapat meningkatkan kesadaran diri, memperkuat kebiasaan yang positif, dan mengarahkan tindakan kita menuju pencapaian tujuan yang lebih besar.

Penting untuk dicatat bahwa tujuan dari pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah mencari kesempurnaan, tetapi untuk mengembangkan sikap tanggung jawab pribadi dan komitmen untuk berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan. Dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan ini dan menjawabnya secara jujur, kita dapat membangun kesadaran diri yang lebih dalam dan mengarahkan perubahan positif dalam hidup kita.

Wheel Of Changes

“Wheel of Change” adalah konsep yang diperkenalkan oleh Marshall Goldsmith sebagai alat yang sangat efektif untuk memahami bagaimana kita bisa membuat perubahan positif dalam hidup kita. Roda ini terbagi menjadi empat kuadran:

Creating: Ini adalah area di mana kita menambahkan sesuatu baru dalam hidup kita. Misalnya, kita mungkin memutuskan untuk menambahkan rutinitas olahraga baru ke jadwal harian kita.

Preserving: Ini adalah area di mana kita menjaga apa yang sudah baik dan berfungsi dengan baik dalam hidup kita. Misalnya, kita mungkin memutuskan untuk terus mempertahankan hubungan yang sehat dan mendukung dengan teman dan keluarga.

Eliminating: Ini adalah area di mana kita memutuskan untuk menghapus sesuatu dari hidup kita. Misalnya, kita mungkin memutuskan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau mengurangi waktu yang kita habiskan untuk ber-scrolling media sosial.

Accepting: Ini adalah area di mana kita menerima hal-hal dalam hidup kita yang tidak dapat kita ubah. Misalnya, kita mungkin harus menerima kenyataan bahwa ada beberapa batasan fisik atau latar belakang kita yang tidak bisa kita ubah.

Konsep “Wheel of Change” ini membantu kita melihat bahwa perubahan bukan hanya tentang menciptakan hal baru atau menghilangkan hal lama, tetapi juga tentang mempertahankan apa yang baik dan menerima apa yang tidak bisa kita ubah. Dengan memahami keempat area ini, kita bisa membuat rencana perubahan yang lebih seimbang dan efektif.

Misalnya, jika kita terlalu fokus pada “menciptakan” dan “menghilangkan” tapi mengabaikan “mempertahankan” dan “menerima”, kita mungkin merasa terlalu stres atau tidak puas dengan hidup kita. Sebaliknya, jika kita terlalu fokus pada “mempertahankan” dan “menerima” dan mengabaikan “menciptakan” dan “menghilangkan”, kita mungkin merasa terjebak atau tidak berkembang.

Jadi, dengan menggunakan “Wheel of Change”, kita dapat membuat perubahan yang lebih seimbang dan berkelanjutan dalam hidup kita.

The circle of Engagement

“The Circle of Engagement” di sini adalah suatu konsep yang menggambarkan alur psikologis yang terjadi saat seseorang terlibat dalam tindakan atau perilaku tertentu. Konsep ini terdiri dari lima tahap: trigger (pemicu), impulse (dorongan), awareness (kesadaran), choice (pilihan), dan behavior (perilaku).

1. Trigger (Pemicu): Tahap ini terjadi ketika ada suatu pemicu atau rangsangan yang memulai siklus interaksi. Pemicu ini bisa berupa situasi, peristiwa, atau tindakan orang lain yang mempengaruhi individu tersebut. Pemicu dapat berupa faktor eksternal, seperti pertanyaan, umpan balik, atau perubahan lingkungan, atau faktor internal, seperti pikiran, perasaan, atau keinginan.

2. Impulse (Dorongan): Setelah terpicu, individu akan merasakan dorongan atau keinginan untuk merespons pemicu tersebut. Dorongan ini bisa berupa keinginan untuk berubah, mengambil tindakan, atau merespons situasi yang ada. Impulse juga dapat berupa keinginan untuk mempertahankan perilaku atau keadaan yang sedang berlangsung.

3. Awareness (Kesadaran): Tahap ini melibatkan kesadaran diri tentang pilihan dan perilaku yang sedang terjadi. Individu mulai mengenali dan memahami bagaimana pemicu dan dorongan mempengaruhi dirinya. Kesadaran ini penting karena membantu individu memperhatikan tindakan dan pilihan mereka serta dampaknya pada diri sendiri dan orang lain.

4. Choice (Pilihan): Setelah menyadari pengaruh pemicu dan dorongan, individu kemudian memiliki pilihan untuk merespons dengan cara tertentu. Mereka dapat memilih untuk mengambil tindakan yang diinginkan, mengubah perilaku, atau mempertahankan perilaku yang ada. Pilihan ini didasarkan pada pemahaman individu tentang tujuan, nilai-nilai, dan preferensi mereka.

5. Behavior (Perilaku): Tahap terakhir adalah perilaku yang dipilih dan diimplementasikan oleh individu. Ini adalah tindakan konkret yang dilakukan sebagai respons terhadap pemicu dan dorongan sebelumnya. Perilaku dapat berupa tindakan nyata, perubahan sikap, atau keputusan yang diambil.

Dalam “The Circle of Engagement,” Marshall Goldsmith menekankan pentingnya memahami dan mengelola setiap tahap dalam alur ini. Dengan meningkatkan kesadaran akan pemicu dan dorongan yang mempengaruhi perilaku, individu dapat membuat pilihan yang lebih bijaksana dan mengubah perilaku mereka sesuai keinginan.

Planner – Doer – Coach

Siapa di sini yang sudah punya perencaan matang untuk berubah, tapi kenyataannya hanya resolusi awal tahun semata? Kita sudah terbiasa membuat resolusi di awal tahun hanya untuk kita ulangi lagi di awal tahun berikutnya. Kita memang sebagai individu adalah seorang planner sekaligus doer. Tapi kenyataan pahitnya: kita adalah planner yang baik, namun doer yang buruk. Agar doer kita bisa menjalankan rencana yang dibuatkan oleh planner, kita membutuhkan seorang coach, Ini bisa dibaca dengan gambar berikut:

  1. Planner (Perencana): Planner adalah individu yang merumuskan tujuan dan rencana yang jelas untuk mencapai perubahan. Mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, menetapkan tujuan yang spesifik, dan membuat rencana tindakan yang terperinci. Planner bertanggung jawab untuk merancang langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut.
  2. Doer (Pelaku): Doer adalah peran yang dipegang oleh planner itu sendiri. Doer adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Mereka adalah pelaku utama dalam perubahan dan bertanggung jawab untuk melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Doer harus memiliki disiplin, komitmen, dan konsistensi dalam menjalankan tindakan yang telah ditetapkan.
  3. Coach (Pelatih): Coach adalah individu atau sumber daya eksternal yang membantu planner dalam melaksanakan rencana dan mencapai tujuan. Coach berperan sebagai pendamping dan fasilitator dalam proses perubahan. Mereka memberikan dukungan, umpan balik konstruktif, dan pertanyaan yang memotivasi untuk membantu planner tetap berfokus, mengatasi hambatan, dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan. Coach juga membantu planner dalam mempertahankan akuntabilitas terhadap komitmen mereka.

Peran penting dari coach dalam konsep ini adalah memberikan dukungan, bimbingan, dan umpan balik yang konstruktif kepada planner. Coach membantu planner untuk tetap fokus, mengatasi hambatan, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Mereka juga bertindak sebagai sumber akuntabilitas eksternal yang membantu memastikan bahwa planner tetap melaksanakan langkah-langkah perubahan yang telah direncanakan.

Dengan adanya coach, planner memiliki seseorang yang mendukungnya, mendorongnya, dan membantu melihat perspektif yang lebih luas. Coach membantu mempertajam tujuan, mengevaluasi kemajuan, dan memberikan umpan balik objektif. Mereka juga berperan dalam membangun kepercayaan diri, motivasi, dan kesadaran diri yang lebih baik.

Peran coach dalam konsep ini merupakan faktor kunci dalam mencapai perubahan yang berkelanjutan karena mereka membantu memperkuat komitmen, memperbaiki efektivitas, dan mendorong pertumbuhan pribadi.

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑