
Dalam buku yang inspiratif dan informatif, “The Leading Brain” karya Friederike Fabritius dan Hans W. Hagemann, kita dibawa dalam perjalanan penemuan tentang kecanggihan otak dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk mencapai potensi penuh kita. Salah satu bab yang menarik dalam buku ini adalah Bab 2 yang berjudul “Regulate Your Emotions”. Di bab ini, saya menemukan kunci bagaimana cara mengelola emosi dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi kinerja dan keberhasilan seseorang.
Salah satu pendekatan dalam mengelola emosi yang dibahas dalam buku ini adalah mindfulness, yang merupakan suatu konsep yang telah lama dikenal dalam praktik meditasi dan psikologi. Mindfulness adalah keadaan kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini, tanpa menilai atau bereaksi terhadapnya. Dalam konteks neuroscience, mindfulness dapat membantu mengelola emosi dengan cara yang sangat efektif.
Neuroscience adalah ilmu yang mempelajari otak dan sistem saraf, termasuk bagaimana otak menghasilkan emosi dan bagaimana emosi tersebut memengaruhi perilaku kita. Ketika kita mengalami emosi, otak kita merespons dengan cara yang kompleks, melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf. Emosi yang tidak terkendali dapat mengganggu kinerja kita, mengurangi fokus dan produktivitas, serta memengaruhi hubungan sosial kita.
Mindfulness dapat membantu mengelola emosi dengan beberapa cara yang dapat dijelaskan melalui perspektif neuroscience. Pertama, mindfulness membantu kita meningkatkan kesadaran terhadap emosi kita. Dengan menjadi lebih sadar akan emosi yang muncul, kita dapat mengenali pola-pola pikiran dan reaksi otomatis yang muncul bersama dengan emosi tersebut. Dengan demikian, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih disengaja dalam merespons emosi tersebut.
Selain itu, mindfulness juga dapat membantu mengatur aktivitas otak yang terkait dengan emosi. Studi neuroscience menunjukkan bahwa praktik mindfulness dapat mengubah struktur dan fungsi otak kita, termasuk bagian-bagian otak yang terlibat dalam pengaturan emosi seperti amigdala dan prefrontal cortex. Dengan demikian, dengan berlatih mindfulness secara teratur, kita dapat mengurangi reaktivitas emosional kita dan meningkatkan kemampuan kita untuk mengatur emosi.
Selain itu, mindfulness juga dapat membantu kita mengembangkan kemampuan untuk merespons dengan bijak terhadap emosi negatif. Dengan menjadi lebih sadar akan emosi kita dan belajar untuk menerima mereka tanpa hukuman atau penilaian, kita dapat mengurangi intensitas dan durasi emosi tersebut. Dengan demikian, kita dapat menghindari terjebak dalam spiral negatif emosi yang dapat mengganggu kesejahteraan kita.
Praktik mindfulness juga dapat meningkatkan koneksi antara berbagai bagian otak yang terlibat dalam pengaturan emosi. Dengan meningkatkan integrasi antara otak bagian atas dan otak bagian bawah, kita dapat mengurangi konflik internal yang dapat muncul saat kita mengalami emosi negatif. Dengan demikian, kita dapat merespons emosi dengan lebih kokoh dan terfokus.
Meditasi sebagai cara melatih mindfulness
Meditasi merupakan praktik kuno yang telah dikenal luas karena manfaatnya dalam melatih kecerdasan emosional dan mental. Salah satu manfaat utama dari meditasi adalah kemampuannya dalam melatih kita untuk menjadi lebih ‘mindful’ atau sadar akan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dengan berlatih meditasi secara rutin, seseorang diajak untuk fokus pada momen sekarang tanpa terpengaruh oleh pikiran yang melayang-layang. Hal ini membantu kita untuk lebih menghargai dan merasakan setiap momen yang sedang terjadi.
Melalui meditasi, kita diajarkan untuk memperhatikan pernapasan, tubuh, pikiran, dan perasaan dengan penuh kesadaran. Dengan demikian, kita belajar untuk tidak terjebak dalam kenangan masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan. Dengan fokus pada saat ini, kita dapat lebih mengendalikan reaksi emosional dan mengurangi stres yang mungkin timbul akibat pikiran yang terlalu dipenuhi dengan kekhawatiran.
Selain itu, meditasi juga membantu meningkatkan konsentrasi dan ketajaman mental. Dengan melatih diri untuk tetap fokus pada satu titik, misalnya pernapasan, kita dapat mengurangi gejolak pikiran yang mengganggu dan meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dalam melakukan tugas sehari-hari. Dengan demikian, meditasi tidak hanya membawa manfaat untuk kesejahteraan emosional, tetapi juga memperbaiki kinerja kognitif kita.
Secara keseluruhan, meditasi adalah cara yang efektif untuk melatih kita menjadi lebih mindful atau sadar akan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dengan meditasi, kita belajar untuk hidup dalam momen sekarang, mengendalikan reaksi emosional, meningkatkan konsentrasi, dan meraih ketenangan batin. Praktik meditasi yang konsisten dan teratur dapat membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari dan membantu kita menghadapi tantangan dengan pikiran yang tenang dan jernih.
Sholat sebagai “latihan” mindfulness
Sholat merupakan salah satu ibadah yang penting dalam agama Islam. Selain sebagai kewajiban bagi umat Muslim, sholat juga memiliki banyak manfaat baik bagi kesejahteraan spiritual maupun mental seseorang. Salah satu manfaat yang sering kali terabaikan adalah kemampuan sholat dalam membantu kita melatih mindfulness atau kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini. Dalam tulisan ini, kita akan membahas bagaimana sholat dapat menjadi latihan mindfulness yang efektif.
Pertama-tama, sholat melibatkan serangkaian gerakan fisik, bacaan doa, dan penghayatan makna yang mendalam. Saat melaksanakan sholat, seorang Muslim diharapkan untuk fokus secara penuh pada setiap gerakan dan bacaan yang dilakukan. Hal ini membutuhkan kesadaran penuh terhadap setiap aspek sholat, mulai dari niat, takbiratul ihram, ruku’, sujud, hingga salam. Dengan demikian, sholat membantu kita untuk fokus pada momen sekarang dan meninggalkan distraksi-distraksi yang ada di sekitar kita.
Dalam praktik mindfulness, fokus pada pengalaman saat ini merupakan salah satu kunci utama. Dengan memusatkan perhatian pada setiap gerakan dan bacaan dalam sholat, kita dapat melatih kemampuan kita untuk hadir sepenuhnya dalam momen tersebut. Dengan kata lain, sholat membantu kita untuk melepaskan pikiran-pikiran yang melayang-layang dan mengalihkan perhatian kita ke hadirat Allah SWT.
Selain itu, sholat juga melibatkan aspek spiritual yang mendalam. Saat melaksanakan sholat, seorang Muslim diharapkan untuk menyelaraskan niat dan perbuatan dengan kehendak Ilahi. Hal ini membutuhkan ketenangan batin, keikhlasan, dan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah. Dalam konteks mindfulness, keselarasan antara pikiran, perasaan, dan tindakan juga merupakan hal yang penting. Dengan memperkuat hubungan spiritual kita melalui sholat, kita dapat mencapai kesatuan pikiran dan jiwat antara diri kita dengan Sang Pencipta.
Selain itu, sholat juga melibatkan pengulangan gerakan dan bacaan yang konsisten. Dalam setiap rakaat sholat, kita melakukan gerakan yang sama dan membaca surat-surat Al-Qur’an yang sudah kita hafal. Pengulangan ini membantu kita untuk menciptakan ritme dan pola yang teratur dalam ibadah kita. Dalam praktik mindfulness, pengulangan juga memiliki peran penting dalam melatih fokus dan konsentrasi. Dengan melakukan gerakan dan bacaan yang sama secara berkala, kita dapat mengembangkan kemampuan kita untuk tetap fokus pada momen sekarang dan mengelola pikiran yang melayang-layang.
Selain itu, sholat juga memberikan kesempatan bagi kita untuk merenung dan berintrospeksi. Saat berdiri, ruku’, sujud, dan duduk di antara dua sujud, kita diberikan waktu untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, memohon ampunan, dan merenungkan kebesaran-Nya. Dalam momen-momen ini, kita dapat merenungkan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan, dan memohon petunjuk-Nya untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Dengan merenung dan berintrospeksi, kita juga dapat membawa kesadaran diri ke dalam diri kita sendiri. Kita dapat mengidentifikasi perasaan, pikiran, dan reaksi yang muncul selama sholat, serta meresponsnya dengan bijak. Dengan demikian, sholat membantu kita untuk lebih mengenal diri sendiri, mengelola emosi, dan memperbaiki diri secara spiritual.
Dalam kesimpulannya, sholat bukan hanya sekedar ibadah rutin yang harus dilaksanakan, tetapi juga merupakan latihan mindfulness yang memiliki manfaat besar bagi kesejahteraan spiritual dan mental kita. Dengan fokus pada setiap gerakan dan bacaan, keselarasan spiritual, pengulangan yang konsisten, serta waktu untuk merenung dan berintrospeksi, sholat membantu kita untuk melatih kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini.
Dengan demikian, sholat dapat menjadi sarana yang kuat dalam mengembangkan keterampilan mindfulness kita. Dengan melatih fokus, konsentrasi, kedalaman spiritual, dan kesadaran diri melalui ibadah sholat, kita dapat membawa manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat belajar untuk lebih hadir dalam setiap momen, mengelola emosi dengan lebih baik, serta memperkuat hubungan spiritual kita dengan Sang Pencipta.
Selain itu, latihan mindfulness melalui sholat juga dapat membantu kita dalam menghadapi tantangan dan stress yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan untuk fokus pada momen sekarang dan mengelola pikiran-pikiran yang tidak perlu, kita dapat mengurangi tingkat kecemasan, meningkatkan ketenangan batin, dan merespons situasi dengan lebih bijak.
Apa yang terjadi pada otak ketika kita Sholat dengan Khusuk?
Bagaimana sholat yang khusuk dapat membantu kita “melatih” kemampuan mindfulness ternyata dapat dijelaskan secara neuroscience. Berikut adalah bagian-bagian dari otak yang bekerja ketika kita sholat dengan khusuk:
1. Parietal Lobe: Bagian otak ini terlibat dalam pengolahan sensorik dan persepsi. Saat seseorang fokus pada gerakan dan posisi tubuh selama sholat, aktivitas di area parietal lobe dapat meningkat.
2. Frontal Lobe: Bagian otak ini terkait dengan perencanaan, pengambilan keputusan, dan kendali diri. Saat seseorang berusaha untuk mempertahankan konsentrasi dan kehadiran mental yang mendalam selama sholat, frontal lobe bekerja lebih aktif.
3. Limbic System: Sistem limbik termasuk amigdala dan hipokampus yang terlibat dalam pengaturan emosi, memori, dan respons terhadap stimulus yang berarti bagi individu. Ketika seseorang mengalami perasaan spiritual yang dalam selama sholat, sistem limbik dapat terlibat dalam menghasilkan perasaan kedamaian, rasa bahagia, dan koneksi emosional yang kuat.
4. Prefrontal Cortex: Bagian ini terkait dengan pengambilan keputusan, kendali diri, dan perencanaan. Saat seseorang berusaha untuk menjaga fokus dan konsentrasi selama sholat, prefrontal cortex bekerja keras untuk membantu individu tetap terhubung dengan ibadahnya. Dengan kekhusuk-an (mindfulness), frontal cortex dan posterior cingulate cortex menebal, yang dapat meningkatkan kemampuan kita untuk fokus. Kemampuan ini juga dipercaya membuat kita bisa meresponse secara rasional dan dengan mudah mengatasi godaan emosi yang tidak layak. Di sinilah kuncinya, mengapa sholat dengan khusuk (mindful) dapat mencegah kita bertindak dengan emosi yang tidak tepat.
Dari narasi di atas, akhirnya saya mendapatkan pelajaran berharga, mengapa kita semua diminta untuk terus mindful. Otak kita bekerja dengan berbeda ketika kita mindul. Dan khusus untuk muslim, mengapa kita diminta untuk melakukan ibadah sholat dengan khusuk. Ternyata semua itu agar kita bisa meregulasi emosi dengan baik. Seorang muslim yang baik haruslah menunjukkan akhlaknya yang baik agar menjadi Rahmatan Lil’alamin, yaitu rahmat bagi alam semesta. Akhlak yang baik hanya bisa terjadi jika kita tidak berbuat keji dan mungkar, dan itu semua berawal dari sholat kita. Sholat yang khusuk. Mindfulness
Bacalah Kitab yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS.29:45

Tinggalkan komentar