nilai sebuah pelajaran

Kemarin, anak saya sudah 3 hari panas akibat batuk & pileknya. Saya dan istri sepakat untuk membawa anak saya ke dokter. Namun ke dokter mana? Terusterang selama ini kami merasa belum ada dokter yang ‘klik’ dan cocok. Sudah 5 dokter kami coba. Akhirnya kami coba salah satu dokter rekomendasi 2 teman kami yang prakteknya di rumah sakit yang berbeda dengan ‘langganan’ kami. Sesungguhnya kami agak ragu, karena RS ini cukup besar namun memiliki reputasi yg kurang baik. Tapi karena kami sudah mendapatkan rekomendasi dari 2 teman, nggak ada salahnya untuk dicoba.
Kesan pertama masuk RS ini cukup baik, megah, besar, dan yang penting tidak mengantri. Kami tdk melakukan booking dsebelumnya, dan langsung mendapat urut 2. Ok banget nih!
Di ruangan, dokter menyarankan anak saya untuk dites darah, inhalasi, dan sedot ingus. Ok, tes darah utk tahu obat apa yg harus dikasih.
Di ruang tes darah, anak saya ditidurkan. Karena anak saya menangis dan berontak, dua suster harus memegangi tangan anak saya. Proses pengambilan darah sangat memilukan, karena suster yang (menurut saya) tidak profesional itu berulangkali menusuk jarum suntiknya di tangan anak saya. Satu hal juga yang janggal, pada saat pengambilan darah, suster itu tidak menggunakan sarung tangan. Sudah kah dia cuci tangan sebelumnya? Saya sempat protes, namun susternya berargumen bahwa pengambilan darah di bayi memang sangat sulit.
Tangis anak saya tidak berhenti sampai di situ. Di inhalasi anak saya menangis hingga tanpa daya lagi. Memang di proses inhalasi anak saya selalu menangis. Jika di terapist biasanya anak saya mendapatkan penanganan yang profesional, maka di tempat ini anak saya hanya ditepuk2 sebentar bagian punggung dan dadanya. Dan kekecewaan saya semakin meningkat dengan melihat billing-nya. Hampir 2x lipat dibandingkan dengan harga di tempat biasanya!
Proses suction ternyata tidak dilakukan di physiotherapy. Kami dilempar kembali ke dokter. Di tempat dokter kami pun dibawa ke bagian kebidanan. Ternyata alatnya ada di sana. Ada satu hal yang mengganggu saya di perjalanan menuju ruang bidan. Sang suster dengan arogannya memberikan map yg berisi billing kepada saya utk di bawa. Dari sini sudah terlihat bahwa orang2 di RS ini tidak berorientasi pelayanan. Membawakan map untuk pelanggan aja sudah malas! Ok-lah, saya nggak terlalu perduli dengan ini.
Di proses suction, anak saya terus menangis tanpa daya. Ternyata prosesnya hanya sebentar. “Lendirnya nggak telalu banyak” katanya. Terus ngapain harus disuction kalau begitu???
Baiklah, kami kembali ke dokter dan katanya anak saya bisa pulang dulu. Nanti saya harus kembali mengambil hasil tes darah dan membawanya ke dokter.
Proses pembayaranlah yang membuat kemarahan saya memuncak. Sang kasir yang tidak berwajah cantik namun arogan menyebutkan angka yang tidak wajar: “154 ribu”. Hah? Masa semurah itu untuk seluruh prosesnya? Saya tanya balik, “dokternya emang berapa?”.
Sang kasir dengan arogannya mengangkat kertas billing dari bagian lab, dan berkata “itu hanya untuk tes darah saja Pak”. terus dia menatap dan bertanya balik “bagian lainnya mana Pak”. Dari nada dan tatapannya seolah2 menuduh saya sengaja menghilangkan billing2 lainnya. Saya langsung bilang nggak tahu dan nggak mengutakatikisi map itu.
Akhirnya si kasir yg jutek dan jelek itu (sumpah, jelek banget! Nggak ada cantik2nya. Heran kok ada orang sejelek itu luar dalem) telepon ntah ke mana, dan akhirnya saya disuruh menunggu lagi.
Setelah sekian lama, akhirnya saya dipanggil lagi dan diminta membayar total 446 ribu. Ok lah, angka yang wajar untu semuanya. Setelah invoice keluar, yang ada hanya angka totalnya saja. “Detailnya mana?” Saya tanya ke si kasir jelek itu. Dia akhirnya membuat detail invoice dengan lama proses yang membuat saya berfikir, “komputer di sini prosesornya masih 286 ya?”
Akhirnya invoice detail pun keluar. Saya cek angkanya, kok beda dengan yg saya bayar? Saya kembalikan ke si kasir, dia langsung berkata “oh, kayaknya nggak ke-sum”. Ok, saya tunggu lagi proses pembuatan invoice yg lebih lambat dari siput itu. Padahal kan tinggal diedit sum-nya aja? Ketika dia print yg baru, saya minta lembar invoice yg salah. Dengan arogannya dia malah memberikan kalkulator dan menyuruh saya menghitun dan membuktikan bahwa dia belum menjumlahkan dua item terbawah. Sontak kemarahan saya memuncak. Dan ketika saya terima invoice yang betul, NOT A SINGLE SORRY COMES OUT FROM HER UGLY MOUTH! Saya langsung berkata dengan mata melotot dan sedikit menggebrak “TERIMA KASIH BANYAK MBAK!” Dan wajahnya pun masih jutek dan jelek.
Kesal dengan perlakuan RS ini, istri saya sampai bilang, nanti kalau kembali ke dokter, minta surat pengantar inhalasi. Karena biaya ihalasi di sini tidaklah sebanding dengan harganya.
Selesai pulang mengantar anak saya, saya punn kembali untuk mengambil hasil tes darah.
setelah dapat hasil tes, saya pun menghadap dokter. Saya fikir, sudah cukup saya marah dengan RS ini. Di dokter, berdasarkan hasil tes darah, anak saya diharuskan untuk rawat inap. What??? Batuk pilek harus rawat inap? Kekesalan kembali memuncak. Saya menolak dengan dalih harus diskusi dengan istri saya dulu. Saya pun langsung minta surat pengantar inhalasi, dan memgungkapkan kekecewaan saya atas kebusukan adminstrasi di sana ditambah dengan proses pengambilan darah yg tidak profesional.
Di meja suster, saya menuliskan kekecewaan saya di form complaint yang menurut saya basa basi. Saya pun diminta menandatangani surat penolakan tindakan. To hell, kalaupun anak saya harus di rawat,yang pasti bukan di RS ini.
Akhirnya saya kembali, dan mampir dulu di RS langganan saya utk daftar dokter yang antriannya luat biasa. Anak saya dapat no urut 51, di mana saat itu sedang proses no 34. Masih 1 – 2 jam lagi. Saya kembali utk menjemput anak saya utk di bawa ke RS langganan saya.
Sang dokter yang ini langsung berkata “nggak usah dirawat dulu ya”. Ternyata anak saya alergi dan belum perlu dirawat inap.
Alhamdulillah!
Di sini saya mendapatkan pelajaran berharga yang sangat mahal. Saya berspekulasi untuk memilih dokter yang nggak terlalu lama mengantri. saya juga tidak sembarangan memilih. Ada rekomendasi untuk dokter itu. Sepertinya masalah ada pada rumah sakitnya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: