Tulisan ini aslinya ditulis oleh nubogalalakon. Tulisannya sangat menggugah, sehingga dapat membuka mata hati kita dan tetap ikhlas terhadap segala kejadian yang tampaknya tidak adil bagi kita. Dengan mengetahui segala sesuatunya ada yang mengatur, maka kita akan tetap dapat menjaga keikhlasan kita akan kehidupan.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui
—QS. Al-Baqarah [2]: 216—
Nabi Musa bermunajat di bukit Tursina. “Ya Allah, tunjukkanlah keadilan-Mu kepadaku!“
Allah pun berfirman kepada Musa, “Jika Aku menampakkan keadilan-Ku kepadamu, niscaya engkau tidak akan sabar dan tergesa-gesa menyalahkan-Ku.”
“Dengan taufik-Mu,” kata Musa, “aku akan bersabar menerima dan menyaksikan keadilan-Mu.”
Firman-Nya, “Pergilah engkau ke sebuah mata air, bersembunyilah engkau di dekatnya dan saksikan apa yang akan terjadi!”
Musa pun pergi ke mata air yang ditunjukkan kepadanya. Tidak lama kemudian datanglah seorang penunggang kuda. Dia turun dari kudanya, mengambil air dan minum. Saat itu, dia pun menyimpan sekantong uang. Dengan tergesa-gesa dia pergi hingga lupa membawa uang yang disimpannya.
Tak lama berselang, datanglah seorang anak kecil untuk mengambil air.
Dia melihat sekantong uang, lalu mengambilnya dan langsung pergi.
Setelah anak itu pergi, datanglah seorang kakek buta.
Dia mengambil air untuk minum, berwudhu, dan shalat.
Setelah si kakek selesai shalat, datanglah penunggang kuda untuk mengambil uangnya yang tertinggal.
Dia menemukan kakek buta itu sedang berdiri dan akan segera beranjak pergi.
“Wahai kakek tua, kamu pasti mengambil kantongku yang berisi uang!” Betapa kagetnya kakek itu.
Ia berkata, “Bagaimana saya dapat mengambil kantongmu, sementara mataku tak bisa melihat?”
“Kamu jangan berdusta. Tidak ada orang lain di sini selainmu!” bentak si penunggang kuda.
Setelah bersitegang, akhirnya kakek buta itu dibunuhnya.
Kemudian dia menggeledah baju si kakek, sayang dia tidak menemukan uang yang dicarinya.
Saat melihat kejadian tersebut Nabi Musa protes kepada Allah Swt., “Ya Allah, hamba sungguh tidak sabar melihat kejadian ini. Namun, hamba yakin Engkau Mahaadil. Mengapa kejadian itu bisa terjadi?” Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril untuk menjelaskan apa yang terjadi. “Wahai Musa, Allah Maha Mengetahui hal-hal gaib yang tidak engkau ketahui. Anak kecil yang mengambil kantong uang itu sebenarnya mengambil haknya sendiri. Dulu, ayahnya pernah bekerja pada si penunggang kuda, tapi jerih payahnya tidak dibayarkan. Jumlah yang harus dibayarkan sama persis dengan yang diambil anak itu. Sedangkan kakek buta adalah orang yang membunuh ayah anak kecil itu sebelum dia mengalami kebutaan.”
Allah adalah Dzat Yang Mahaadil.
Keadilan Allah ditunjukkan dengan “ketepatan-Nya dalam menempatkan sesuatu sesuai haknya”.
Dia tidak memihak pada siapa pun dalam mengambil keputusan.
Sehingga tidak akan pernah ada yang dirugikan. Firman-Nya,
… tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatan yang pernah dilakukannya” (QS Yaa Sin [36]: 56).
Sering kali, karena keterbatasannya, manusia tidak mampu “membaca” keadilan Allah SWT secara tepat.
Dia menganggap Allah SWT tidak adil, karena keputusan Allah dirasa janggal atau merugikan dirinya.
Padahal, Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah [2]: 216).
Wallahu alam bishawab.
Bagaimana dengan penunggang kuda yang membunuh kakek buta tsb? Dia berdosa lagi dengan membunuh kakek buta sedangkan dosa dia tidak membayar upah ayah anak kecil tsb telah impas..
SukaSuka