Jalanan di Jakarta makin hari dirasa semakin menyedihkan. Angkutan umum berhenti sembarangan. Tidak peduli dengan antrian panjang di belakangnya. Telinganya seakan tuli dengan bunyi klakson yang dibunyikan para pengendara yang terhambat kendaraannya.
Ada juga supir metromini yang menjalankan kendaraannya dengan sangat lambat, berharap agar ada penumpang baru, karena kendaraannya masih kosong melompong. Seperti rekannya yang tadi, telinganya pun tuli dengan bunyi klakson mobil di belakangnya. Jika ditanya, kenapa dia melakukan itu. Jawabannya: “Saya orang susah, harus cari duit buat keluarga”. Mari kita simpan terlebih dahulu jawabannya.
Di lain waktu dan tempat, dahulu kala anggota DPR yang terhormat mengajukan kenaikan tunjangan dengan angka yang cukup untuk menghidupi 7 keluarga selama sebulan dengan taraf hidup sederhana. Jika ditanya, kenapa dia melakukan itu. Jawabannya: “saya harus sumbang partai, jadi uang yang diterima masih kurang untuk menghidupi keluarganya”
Masih ada lagi di waktu dan tempat yang lain, seorang pejabat yang harus menjadi pesakitan akibat terlalu banyak korupsi. Dia sudah memiliki banyak rumah yang jika diliquidasi bisa menghasilkan uang dengan jumlah 0 lebih dari 9 digit. Tapi dia terus dan terus menguras duit negara, demi memenuhi kantong dan pundi-pundinya yang sudah tebal.
Apa kira-kira perbedaan dari ketiga orang tersebut? Ya yang pasti banyak, dan yang terlihat memang satu: NASIB. Yang satu harus bekerja keras membanting tulang berkeringat demi sesuap nasi. Yang lainnya cukup ongkang-ongkang kaki, tidur di saat rapat kerja, dan pulang membawa uang jutaan rupiah.
Tapi, percayalah bahwa ada satu hal yang membuat mereka sama: KEMISKINAN. Lho? Kalo supir metromini itu kita sama-sama sepakat kalau memang dia miskin. Lalu bagaimana dengan anggota DPR dan Pejabat itu? Kemiskinan yang saya maksudkan di sini adalah KEMISKINAN MENTAL. Ya, kemiskinan ini tidak ada hubungannya dengan jumlah uang yang ada di kantongnya atau di dompetnya atau di rekening banknya. Kenapa saya bilang mereka miskin? Karena mereka mencari uang dengan tidak memperdulikan orang lain. Mereka mencari rejeki tanpa peduli bahwa mereka menyusahkan orang lain. Mereka melakukan itu semua karena merasa selalu kurang.
Mungkin ada yang berkata, bahwa wajar supir metromini itu melakukan itu semua karena memang dia orang susah. Kemiskinan yang dimilikinya adalah kemiskinan mental. Bukan bermaksud menuduh, bisa jadi apabila dia menjadi pejabat atau anggota DPR, dia akan melakukan hal yang sama dengan para pejabat atau anggota DPR tersebut. Karena kemiskinan yang dimilikinya adalah kemiskinan MENTAL. Dia tidak merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.
Lalu bagaimana supaya kita tidak terjebak dengan kemiskinan mental?
Jawabannya cuman satu: SYUKUR. Syukurilah apa yang kita punya di sini sekarang juga. Ubah cara pandang kita mengenai apa yang ada di sekeliling kita dan apa yang kita rasakan menjadi sesuatu yang positif. Ubah keluhan “aduh, gua banyak banget nih kerjaan”, menjadi ucapan syukur: “Alhamdulillah, saya masih punya kerjaan, sementara di luar sana masih banyak orang yang susah mencari kerja”. Yah, memang bersyukur memang bukan pekerjaan mudah. Tapi percayalah, salah satu kunci kaya adalah bersyukur. Allah akan menambah nikmat umatnya jika bersyukur. Selamat bersyukur!
Tinggalkan Balasan