Bersyukur itu nikmat

Sudah tiga hari ini saya menggunakan mobil Xenia kakak saya yang sudah hampir berumur 10 tahun. Ini “terpaksa” saya lakukan karena mobil saya sedang diperbaiki di bengkel akibat menyerempet trotoar ditambah menyundul tiang pembatas jalan. Akhirnya saya harus nerjibaku menghadapi kerasnya jalanan dengan menggunakan transmisi manual.

Padamulanya saya sempat ragu, samggupkah menghadapinya? Dengan transmisi otomatis saja jalanan di Jakarta sudah seperti neraka. Bagaimana saya harus menghadapi kejamnya motor2 di jalan bypass? 

Di hari pertama, keraguan saya mulai terbukti. Senin pagi saya sudah mendapat ujian berat. Pulang malam pun bukan solusi, karena macet masih merajalela,

Hari kedua saya mulai sadar, karena teringat setahun yang lalu, ketika saya harus berjibaku mengjadapi jalanan dengan angkutan umum. Rasanya lebih parah daripada pakai mobil manual. Saya harus bangun jam 430 supaya bisa dapat bis pertama dan satu2nya yang menuju kantor. Pulangnya saya harus berjinaku di nis 43 atau berhimpit pada omprengan tanpa AC. Percayalah, Xenia generasi pertama berusia hampir 10 tahun jauh lebih baik dari itu.

Teringat training heart focus 3 tahun yang lalu, ternyata sejatinya masalah itu bukan ada di luar sana, tapi justru ada di hati kita. Kalau kita pandai memjaga hati, voila! Masalah hilang seketika!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: