Gaya kepemimpinan kita
Coba kita renungkan lagi. Bagaimana gaya kepemimpinan kita? Apakah kita menjadi pemimpin yang sukanya menyuruh-nyuruh tim kita? Apakah buat kita pemimpin adalah seseorang dengan posisi tinggi yang bisa mengatur anak buahnya?
Atau kita adalah pemimpin yang bisa percaya penuh dengan tim kita? Kita bisa menggerakkan mereka tanpa memberikan perintah? Itu semua terkandung dalam buku Trust & Inspiring karya Covey. Bisa jadi sebagian besar dari kita berfikir dan menganggap bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah gaya yang dominan, gaya yang bold, alpha leaders style. Kita bisa lihat, sebagian besar bos yang ada di kantor banyak yang bergaya dominan. Bisa jadi mereka mendapatkan jabatan tersebut karena drive mereka yang kencang. Mereka bisa menaiki tangga karir dengan cepat karena bisa make it happen, sesuatu yang disukai oleh para atasan.
Gaya tersebut saat ini sudah semakin tidak relevan lagi, karena dunia semakin dinamis, VUCA orang bilang. Kemampuan kita mengendalikan orang semakin sulit dengan semakin besarnya organisasi yang harus dikendalikan.
Gaya command and control
Ini sesungguhnya adalah gaya yang sudah kuno. Mungkin ini berawal dari organisasi militer yang memang gayanya memberikan perintah kemudian mengendalikan apakah perintah mereka dijalankan atau tidak. Paradigma yang digunakan adalah position dan power. Prosesnya lebih memotivasi dan transaksional. Jadinya terkadang orang kerasa selalu diawasi, cenderung micromanage. Di sini kita melakukan people management.
Gaya trust and inspiring
Sementara gaya ini lebih memberdayakan timnya. Paradigma yang digunakan adalah people and potential. Setiap orang punya potensinya masing-masing. Dengan gaya ini, motivasi menggunakan stick and carrot sudah diganti menjadi inspirasi. Motivasi akan muncul dari diri setiap anggota tim. Dengan demikian, komitmen akan terbentuk, mereka bisa secara mandiri bergerak menuju tujuan yang kita arahkan.
Gimana caranya?
Untuk jadi leader dengan gaya trust and inspiring, dibutuhkan kesabaran dan kepercayaan penuh kepada tim. Secara praktis, kita mempraktikkan coaching sebagai cara mendevelop sekaligus juga menggunakannya sebagai pola komunikasi.
Dengan coaching mindset yang non-judgemental, kita meletakkan tim kita sebagai pusat diskusi. Kita juga mendengarkan secara aktif dalam proses komunikasi dengan tim kita. Dan yang terpenting, proses coaching cocok digunakan karena dengan coaching kita benar-benar menggali potensi dari diri client kita, yaitu tim kita.
Tinggalkan Balasan