Strategi itu apa sih kak?

Kita sering sekali menggunakan kata “strategi”, tapi saya yakin tidak banyak yang memahami, apa arti kata strategi yang sebenarnya. Ketika seorang lelaki mencoba mendekati perempuan pujaannya, dia langsung memasang strategi supaya bisa mencuri hatinya. Istilah strategi juga sering tercampur aduk dengan tujuan. Ada yang bilang, strategi perusahaan saya adalah menjadi yang terdepan di industri. Ada yang bilang strategi perusahaan adalah adalah service yang terbaik.

Itu beneran strategi atau bukan sih? Nah, kalau menurut Michael Porter, itu bukanlah strategi. Orang sering salah kaprah, bahwa aspirasi, visi, atau tujuan sebagai strategi. Salah kaprah ini juga muncul ketika politikus menjual dirinya dengan menjual visi dan misinya. Secara terminologi mungkin benar, tapi so what dengan visi misi mereka? Yang penting strateginya Ferguso… yaitu bagaimana kita bisa mencapai visi dan misi tersebut.

Michael Porter menjelaskan, bahwa sering kali managers berfikir bahwa inti dari strategi adalah kompetisi, dan itu untuk menjadi yang terbaik. Porter meluruskan, bahwa esensi dari strategi bukanlah menjadi yang terbaik, tapi menjadi yang unik. Mungkin kesalahpahaman ini terjadi karena strategi berawal mula dari ilmu militer, yang tujuannya adalah mengalahkan musuh. Untuk hal ini, saya lebih sepakat bahwa tujuan strategi adalah untuk menang (to be the best/ menjadi yang terbaik), dengan cara yang unik.

Jika kita merunut lagi ke tokoh strategy yang lebih tua lagi, yaitu Sun Tzu, tidak pernah disebutkan apa definisi strategi, tapi intinya adalah memenangkan peperangan dengan cerdas. Beberapa strategi yang disebutkannya memiliki esensi “positioning”. Bahwa dengan menempatkan pasukan dengan tepat, memahami kekuatan dan kelemahan musuh serta pasukan sendiri, itu merupakan informasi yang menentukan kemenangan kita.

courtesy: https://kinetic.id/trik-membangun-brand-positioning/

Dalam ilmu marketing, strategi marketing adalah segmentasi, targeting, positioning, di mana esensinya berada pada positioning. Sementara esensi dari positioning adalah diferensiasi, dan ini sangat sesuai dengan pengertian strategi dari Michael Porter, bahwa strategi adalah menjadi unik. Apapun istilahnya, positioning, unique value proposition, customer value proposition, semua mengacu pada pengertian yang sama: strategy.

Jadi sebenernya apa sih strategi itu? Kalau kita menggunakan istilah umum, strategi memang adalah cara yang kita pilih dan commit untuk dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Kalau konteksnya memenangkan persaingan, maka strategi tersebut haruslah bersifat unik. Pertama kita bahas yang umum dulu. Dalam kehidupan, kita pastilah memiliki tujuan hidup, apapun itu. Nah, untuk mencapai tujuan hidup itu, kita pasti memilih jalan tertentu yang once kita pilih, cenderungnya kita sulit untuk kembali lagi (point of no return). Contoh dalam kehidupan adalah pilihan sekolah, jalur karir, termasuk pasangan untuk menikah. Tapi ya… kan kita bisa memilih sekolah lain jika sekolah yang kita pilih salah? Iya betul, tapi ada yang tidak kembali, yaitu waktu. Kalau kita memilih sekolah dan selama satu tahun ternyata salah pilih, kemudian kita akhirnya memilih sekolah lain, kita sudah ketinggalan satu tahun dan perlu berakselerasi untuk mencapai tujuan kita.

Contoh lainnya adalah jika kita ingin ke Bandung, maka pilihan kita menggunakan moda transportasi apa, lewat jalur mana, berangkat jam berapa, itu adalah strategi. Karena, kalau sekali kita sudah pilih, cenderung kita sulit beralih melalui jalur lain, atau kalau kita lakukan, pasti kita akan kehilangan waktu banyak. Nah, lalu di mana unsur “unik” nya? Kalau kita jalan ke Bandung dan ditarget waktu tertentu harus sudah sampai, kita pasti akan bersaing dengan ribuan orang lain yang menuju Bandung pada waktu yang sama. Nah, untuk itu kita akan menempuh jalur “unik” yang orang lain cenderung tidak akan tempuh, misalnya waktu yang tidak umum seperti subuh atau tengah malam, lewat jalur yang jarang dilewati orang, seperti cibarusah / cikarang, dsb. Intinya kita akan melakukan sesuatu yang tidak akan dilakukan orang kebanyakan, kalau tidak kita akan berjibaku dengan kemacetan.

Dari ilustrasi di atas, ada beberapa hal strategic yang dibutuhkan sebuah strategi:

Tujuan/goal/objective.
Tanpa ini, strategi tidaklah bermakna. Ibaratnya, ketika kita berjalan-jalan tanpa tujuan yang jelas, apapun yang kita lakukan tidaklah bermakna. Tujuan akan memberikan konteks bagi strategi yang akan kita lakukan, selain arah juga alternatif “jalur” yang mungkin kita akan tempuh. Misal, jika tujuan kita ke Bandung, maka sudah jelas alternatif jalur kita adalah melalui cikampek atau puncak jika jalan darat, atau naik kereta, atau bahkan menggunakan pesawat. Konteks ini akan membantu kita untuk memastikan strategi yang tepat atau tidak. Coba bayangkan jika kita tidak punya tujuan, apakah jalur cikampek, puncak atau bandara Sukarno Hatta akan jadi bermakna bagi kita?

Jangka panjang.
Ini yang membedakan strategi dengan taktik. Jika taktik berbicara jangka waktu yang pendek, maka strategi berbicara time frame yang relatif panjang. Jika menggunakan analogi perjalanan ke bandung tadi, taktik adalah bagaimana kita berkendara sepanjang jalur (strategi) yang kita pilih. Kapan kita menyalip mobil di depan kita, bagaimana kita mengatur kecepatan, dsb. Karena strategi bicara jangka panjang, maka ini membutuhkan hal yang ketiga, yaitu:

Komitmen.
Yaitu sumber daya yang kita akan keluarkan secara signifikan, bisa dalam bentuk uang, waktu, maupun tenaga. Tanpa komitmen, maka tujuan yang kita sudah rumuskan sulit untuk dicapai. Dalam konteks perusahaan, komitmen diwujudkan dalam bentuk investasi. Jadi, jika perusahaan menyebutkan strateginya ini atau itu, cek saja apakah perusahaan tersebut mengalokasikan Capital Expenditure yang dibutuhkan agar merealisasikan strategi tersebut. Atau apakah perusahaan mengalokasikan SDM untuk mengeksekusi strategi tersebut, dengan cara menambah orang atau investasi pada kompetensi tertentu? Kalau tidak, artinya itu hanya strategi yang berhenti di power point slide saja. Nah, agar komitmen kita bisa terjaga, maka kita harus memiliki…

Disiplin.
Ini adalah kemampuan kita untuk menjalankan komitmen yang sudah kita bangun untuk mencapai tujuan kita. Disiplin adalah eksekusi atas komitmen yang kita buat. Dalam disiplin dibutuhkan leadership. Persis dengan komitmen di atas, tanpa disiplin, maka strategi yang sudah disusun hanya menjadi dokumen power point belaka. Saking pentingnya eksekusi ini, buku-buku manajemen yang membahas strategy execution sangat menjamur, seperti buku-buku balanced score card dari Kaplan dan Norton, atau buku legendaris “Execution, the discipline of getting things done” karya Larry Bossidy dan Ram Charan, dan masih banyak buku tentang eksekusi lainnya yang menggambarkan pentingnya eksekusi dalam strategi. Jendral Amerika yang legendaris pada masa perang dunia ke dua bahkan menquote:

a good plan violently executed now is better than a perfect plan executed next week“.

Sekali lagi, dalam mencapai tujuan, waktu adalah hal yang esensial. Tanpa ada disiplin yang kuat, kita akan membuang sumber daya termasuk di dalamnya adalah waktu.

Sebagai elemen pertama dalam organisasi, sesuai dengan framework OD di bawah ini:

maka pemahaman tentang apa itu strategi menjadi penting. Kesalah-pahaman apa itu strategi, akan menyebabkan kesalahan kita dalam merumuskan (crafting) dan eksekusi (cascading) strategi yang kita susun. Tanpa itu semua, maka proses, struktur, manpower dll, tidak akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, dan strategi yang dibuat hanya tinggal menjadi slide power point belaka.

Satu respons untuk ā€œStrategi itu apa sih kak?ā€

Add yours

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: