Tulisan pertama di tahun 2023. Tahun lalu jumlah tulisan saya nggak sebanyak tahun sebelumnya. Dan pengunjung blog saya di tahun lalu juga turun lagi, tapi tetap masih lebih tinggi dibanding tahun 2019. Saya harap tahun ini bisa naik di atas 2022, kalau perlu bisa di atas 2020 di saat peaknya. Memang kemarin seorang sahabat bertanya sama aku, gimana caranya agar bisa konsisten menulis? Aku sih jujur aja kalo aku belum konsisten menulis. Aku menulis kalo ada ide saja. Dan menariknya tulisan ini idenya datang juga dari seorang sahabat yang berkata: “mas, buat tulisan tentang move on donk”. Gegara celotehan tersebut aku jadi teringat dalam konsep change management. Bahwa orang itu memang cenderung susah berubah, khususnya perubahan yang nggak menguntungkan buat dirinya.
Topik tentang perubahan ini cocok kita bahas di awal tahun ini. Karena biasanya di awal tahun orang membuat resolusi untuk menjadi lebih baik di tahun ini. Dan seperti biasa, resolusi dibuat untuk dilupakan. Di akhir tahun biasanya resolusi itu nggak kesampaian. Dan kembali lagi, kenapa nggak kesampaian? Karena resolusi itu membutuhkan perubahan, dan sebagian besar manusia itu susah berubah alias susah move on (SUMO)
Saya menggunakan istilah SUMO sebagai lelucon betapa sulitnya melakukan change management di dalam organisasi. Gimana caranya mengubah orang banyak, lha mengubah seorang individu aja susah kok. Dan menariknya juga adalah: mengubah diri sendiri itu kan sulit banget ya, apalagi ke orang lain? Apalagi ke orang lain di seluruh organisasi?
Tapi kenyataan pahitnya adalah: perubahan selalu terjadi. Di organisasiku saat ini juga perubahannya sangat cepat. Di dua tahunku saja perubahan organisasi selalu terjadi, karena memang kebutuhan bisnis dan transformasi membutuhkannya. Dan memang perubahan ini tidak semuanya menyambut dengan baik, karena yang namanya perubahan biasanya ada “korban”. Ketika aku cerita bahwa dalam perubahan ini aku adalah satu desainernya, dan aku pun menjadi salah satu “korbannya”. Aku tahu bahwa ini harus dilakukan, tapi balik lagi, karena komunikasinya kurang baik, ditambah trust level yang masih belum di ambang yang diharapkan, makanya perubahan menjadi sulit untuk diterima. Karena ada saja pikiran yang nggak-nggak, jangan-jangan perubahan ini untuk kepentingan politik pihak tertentu.
Kenapa sih harus berubah?
Ini adalah pertanyaan yang mendasar dari sebuah perubahan. Triggernya perubahan bisa jadi salah satu atau dua atau tiga di hal di bawah ini:
- Masalah yang kalau kita tidak selesaikan atau atasi, akan menimbulkan masalah baru di masa mendatang
- Risiko yang mungkin terjadi, yang mengancam keberadaan kita
- Opportunity, atau peluang yang harus diambil supaya kita lebih baik lagi
Contohnya adalah terkait dengan kesehatan. Saya pernah mendengar orang yang rajin berolah raga karena sudah kena vonis diabetes. Akhirnya dia rajin bersepeda setiap pagi. Padahal sebelumnya dia malas berolah raga. Ini adalah contoh perubahan akibat masalah yang dihadapi. Dan jika dia tidak berubah, maka ada ancaman berikutnya yang lebih besar lagi.
Contoh berikutnya, sama juga dengan kesehatan. Saya sebelumnya malas berolah raga. Tapi melihat orang-orang di sekitar yang bermasalah dengan kesehatannya, akhirnya saya pun rajin berolah raga. Padahal saya tidak menghadapi masalah kesehatan seperti diabetes dsb. Tapi saya tahu jika tidak berolah raga, saya berisiko terkena penyakit tersebut di atas.
Dan terakhir, sama juga tentang kesehatan. Orang bisa jadi terus berolah raga karena menginginkan tubuh yang segar dan sehat. Ada temen saya yang rajin nge-gym karena untuk body building. Supaya apa? Bisa kelihatan keren di mata orang. Kalo ini, perubahan yang dilakukan karena didasari oleh opportunity.
Mengelola perubahan di dalam diri sendiri dan perusahaan kurang lebih sama saja. Tapi memang sebelum kita bisa mengubah orang lain dalam program change management di dalam organisasi, kita perlu melakukan change management untuk diri kita sendiri. Tulisan ini merupakan nasihat untuk diri saya sendiri. Saya sadar bahwa saya masih perlu terus belajar untuk melakukan change management, dan supaya bisa melakukannya dengan baik di organsiasi, kita harus mulai dari diri kita sendiri.
Tips 1 untuk move on: Jelas alasannya
Nah, supaya kita mudah move on, kita harus jelas dulu kenapa kita harus berubah. Tanpa kejelasan itu, orang pasti susah move on. Percaya deh!
Kalo dalam ilmu change management, khususnya yang populer dari John Kotter, ini namanya sense of urgency. Jadi kenapa sih harus berubah sekarang? Kalo nggak ada urgency kan perubahan bisa ditunda. Karena perubahan itu sulit, makanya orang pasti menunda-nunda perubahan. Dan orang baru mau berubah ketika urgency nya sudah dirasakan. Tapi menariknya adalah, nggak semua orang merasakan urgencynya. Makanya, yang pertama harus dipastikan adalah, bagi kita agent of channge, adalah kita percaya penuh dengan urgency tersebut. Kalo kita percaya penuh atas alasan tersebut, kita bisa mempengaruhi orang sekitar kita untuk mengikuti perubahan tersebut. Orang akan melihat keyakinan kita. Kalo kita nggak yakin, mereka akan melihatnya, dan mereka pasti tidak akan mengikuti perubahan tersebut
Tips 2 untuk move on: Ajak temen
Perubahan itu sulit. Makanya perlu temen untuk memudahkannya. Kalo perubahan itu hanya untuk diri kamu sendiri, cari temen untuk memudahkan prosesnya. Supaya kita bisa fokus dengan hal yang baru di depan mata. Temen kamu juga bisa membantu melupakan yang lama sehingga kita akan bisa fokus dengan hal yang baru.
Tips 3 untuk move on: Fokus pada tujuan
Perubahan kan punya alasan, latar belakang. Nah, ini pasti punya tujuan juga kan. Setelah kita punya alasan yang jelas, pastikan juga tujuannya juga jelas. Jangan terlalu lama fokus dengan alasan, apalagi alasan karena masalah atau risiko. Fokuslah tujuan. Misalnya: jika kamu berolah raga karena kena diabetes, maka setelah ini fokuslah berolah raga dan cari tujuan yang menyenangkan. Dengan sehat kamu masih bisa melakukan banyak hal dengan baik. Kalo kita terlalu lama fokus sama masalah yang menjadi alasan untuk berubah, perasan kamu akan menjadi nggak enak, dan ujungnya tetep aja susah move on.
Tips 4 untuk move on: Cari kemenangan kecil (quick wins)
Kalo ada perubahan, coba usahakan mencapai kemenangan kecil. Untuk apa? Supaya kita tahu bahwa perubahan ini memang bermanfaat. Ditambah lagi, supaya perasaan kita terus positif. Ini merupakan tindak lanjut dari fokus pada tujuan. Jadi yang penting, karena perubahan itu sulit, maka kita harus terus jaga mood supaya kita bisa menghadapi perubahan dengan mudah.
Disiplin dan konsisten
Balik lagi, untuk berubah perlu disiplin dan konsisten. Katanya untuk mendapatkan kebiasaan baru perlu minimal 22 hari berturut-turut. Di tengah jalan pasti ada godaan untuk kembali ke masa lalu. Memang itu pasti akan terjadi. Tapi kalo kamu bisa fokus ke masa depan, dan coba jalankan 4 tips di atas, mungkin perubahan itu bisa terjadi dan sustain hingga akhir tahun. Coba bayangkan, walaupun ini masih Januari. Nanti di akhir desember, khususnya malam tahun baru menjelang tahun 2024, kira-kira kamu akan nulis apa ya tentang resolusi yang kamu buat di tahun ini?

Tinggalkan Balasan