Mau menerapkan sesuatu? Pahami konteksnya dulu bro!

Tulisan ini terinspirasi dari diskusi kami di kantor beberapa waktu yang lalu. Atasan kami memberikan masukan kepada kami bahwa kami seharusnya lebih berfokus kepada masalah yang terjadi, bukan untuk menerapkan konsep tertentu. Saya pun mengklarifikasi bahwa kami memang berangkat dari masalah yang ada, bukan bermaksud menerapkan konsep tertentu. Saya jadi teringat tulisan saya tentang konteks di sini. Saya juga teringat kejadian di tahun 2017 yang lalu ketika menerapkan BSC di salah satu perusahaan di tempat saya bekerja.

Waktu itu tim saya datang kepada saya: mas, ayok kita terapkan Balanced Score Card di perusahaan ini. Dia memang baru ikut training BSC master class. Biasa memang ketika kita mengikuti kelas training, ada saja ide-ide perbaikan. Saat itu saya tersenyum saja. Saya memang menyukai konsep Balanced Score Card. Tapi waktu itu saya langsung tanya sama tim saya: memang masalahnya apa di perusahaan ini sehingga harus menerapkan BSC? Tim saya waktu itu merasa memang proses alignment yang terjadi di perusahaan belum berjalan dengan baik. Beberapa hal stratejik belum turun menjadi eksekusi yang lengkap. Setelah diskusi panjang lebar, dan diskusi dengan CEO-nya saat itu, akhirnya sang CEO pun teryakinkan bahwa untuk memecahkan masalah alignment bisa terjawab dengan konsep BSC.

Singkat cerita, beberapa bulan yang lalu, di tempat baru saya juga CEO nya bertanya kepada saya: seberapa perlu kita menerapkan strategic management? Karena memang kebanyakan strategic management adalah kata-kata indah di dalam presentasi, tapi ternyata sulit di eksekusi. Saya bilang: esensi dari strategic management bukanlah dari strateginya saja. Yang terpenting justru eksekusinya. Jika ada pain dari segi eksekusi, maka strategic management bisa menjadi jawabannya. Lalu apakah harus menggunakan BSC? Belum tentu. Saya bukan fanatik framework tertentu. Kita bisa menggunakan framework Honsin Kanri, OKR, atau apapun itu. Yang penting adalah esensinya: apakah membantu organisasi untuk mengeksekusi strateginya atau nggak. Jadi, kuncinya di sini adalah pemahaman akan filosofi dari sebuah konsep. Tanpa pemahaman tersebut, kita akan terjebak untuk menerapkan sebuah konsep, tanpa memahami apakah konsep tersebut adalah jawaban dari masalah atau tidak.

Ada sebagian pihak yang berfikir bahwa konsep itu nggak perlu, jangan text book thinking katanya. Yang penting eksekusi, eksekusi, dan eksekusi. Itu betul. Saya sepakat 100%. Dan itu cocok untuk orang-orang yang di-DNA-nya sudah tertanam logika berfikir. Misal, untuk orang yang berbakat bisnis, atau dalam lingkungan keluarganya sudah terpapar bisnis dan usaha, maka mereka nggak perlu lagi belajar business model canvas. Tapi untuk orang seperti saya yang nggak berbakat, maka saya belajar lebih banyak konsep lagi. Konsep itu membantu pola pikir kita. Karena konsep itu seharusnya membantu kita untuk memecahkan masalah. Dalam konsep kita akan mendapatkan langkah-langkah praktis untuk memecahkan masalah. Balik lagi, tetap ada konteks di balik konsep. Jadi dalam belajar sebuah konsep, kita harus memahami konsep tersebut digunakan dalam kasus apa. Kembali lagi, apakah kita berangkat dari masalah baru menerapkan konsep? Itu 10000% sepakat. Tapi kalau tidak menerapkan konsep dalam memecahkan masalah? Nah, itu tunggu dulu. Selama kita belum jago, atau rtidak punya bakat dan pola pikir, kita harus belajar konsep dulu supaya bisa memecahkan masalah. Ingat, ada hadists nabi yang menyatakan bahwa dahulukan ilmu sebelum amal. Saya yakin maksud hadits tersebut bukan hanya berlaku bagi ibadah saja, tapi berlaku juga dalam pekerjaan.

Satu respons untuk “Mau menerapkan sesuatu? Pahami konteksnya dulu bro!

Add yours

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: